Sabtu malam (15/10/16), suasana di Aula Gedung Koni Kalimantan Tengah, Bunderan Besar, Kota Palangkaraya, tampak riuh. Wajah-wajah penuh semangat terlihat menikmati acara bertajuk “Pemuda Bicara: Untuk Lingkungan, Budaya dan Siaga Bencana di Bumi Tambun Bungai.” Berbagai komunitas anak muda dan para pegiat lingkungan membaur tanpa aba-aba. Mereka menyatu, menyuarakan bersama pentingnya menjaga lingkungan di tanah yang dijuluki paru-paru dunia itu.
“Acara ini mewakili sekaligus menunjukan pada masyarakat luas bahwa anak muda Palangkaraya juga peduli lingkungan,” kata Abdul Hafiz Amrullah.
Hafiz yang tergabung dalam kelompok seni Shouts of Wurmbii (SOW) ini mengatakan, acara lingkungan untuk pemuda di Kalimantan Tengah (Kalteng) penting dilakukan. Hutan dan lahan gambut harus dijaga, jangan sampai kebakaran hebat di 2015 terulang kembali. “Pemuda merupakan pemimpin masa depan.”
Dalam gelaran tersebut Hafiz bersama Kelompok seni SOW membawakan beberapa lagu, musikalisasi puisi hingga aksi teatrikal. Menurutnya, kampanye penyadartahuan melalui seni, efektif untuk menarik minat pemuda. “Aksi seni kami beberapa waktu lalu di lahan gambut terbakar, ternyata berdampak besar. Sekarang, banyak musisi muda di Palangkaraya yang mengusung isu lingkungan.”
Ia merasakan sebuah kondisi lingkungan di Kalteng yang menurutnya harus dicarikan solusi. Contohnya, keresahan para petani mengenai peraturan larangan membuka lahan dengan cara membakar. Disini lah peran pemuda dinanti untuk menginisiasi solusi tersebut. “Pasti ada jalan keluar kalau kita usaha, sebagaimana praktik pengelolaan lahan tanpa bakar yang sudah dilakukan beberapa petani di Kalteng seperti Pak Sumardjito, Pak Taman, serta Norhadi Karben di Desa Mantangai Hulu, Kabupaten Kapuas.”
Hafiz berharap, nantinya akan semakin banyak pemuda yang peduli akan lingkungan. Saya yakin akan ada perubahan positif. “Semakin banyak yang sadar akan semakin baik pula lingkungan kita,” ujarnya.
Lain halnya dengan aktivis Komunitas Ranu Welum, Adigna Pigafetta. Dalam gelaran acara dua hari itu, ia bersama temannya menampilkan film pendek bertema gambut. Berharap, akan banyak pemuda melakukan hal positif demi lingkungan lebih baik kedepannya. “Anak muda di Kalteng harus berani bicara dan berbuat untuk lingkungan. Kabut asap yang parah di 2015 jangan sampai terulang lagi,” ujar mahasiswa jurusan perikanan Universitas Palangkaraya tersebut.
Menurutnya, Kalteng memiliki keanekaragaman hayati dan potensi gambut yang harus dijaga. “Menyampaikan pesan lingkungan melalui budaya, merupakan hal luar biasa. Persoalan lingkungan harus dipandang secara menyeluruh,” paparnya.
Vokalis grup band Navicula Gede Robi Supriyanto mengatakan, mengemas isu lingkungan dalam bentuk lagu penting dilakukan. Isu lingkungan itu keren dan semua orang perlu tahu. Terkait gerakan pemuda dalam menjaga lingkungan, menurutnya, Kalteng dan daerah lain di Indonesia bisa belajar dari apa yang terjadi di Bali, bagaimana kekuatan massa bersatu menolak reklamasi Teluk Benoa.
“Itu pembelajaran bagus buat gerakan anak muda. Di Bali, semua elemen bersatu. Orang kan perlu alasan senasib sepenanggungan untuk bersatu. Sebagimana Konferensi Asia Afrika, Gerakan Non Blok, bahkan perjuangan kemerdekaan Indonesia, itu semua muncul karena ada perasaan senasib sepenanggungan. Sekarang semua elemen di Bali, pemuda, dan seniman semuanya turun ke jalan. Cabut bendera masing-masing dan menjadi satu bendera untuk berjuang bersama.”
Navicula memang hadir untuk memeriahkan acara tersebut, menyanyikan lagu-lagu bertema lingkungan. Sesekali Robi berorasi, membakar semangat kawula muda yang hadir untuk lebih peduli lingkungan hidup.
“Kekuatan seni berpengaruh. Kalau dilihat dari kacamata antropologi, kita lihat di Bali itu seniman sangat dihargai. Punya peran penting di masyarakat. Seni menjadi elemen utama. Di Kalteng dan semua daerah lain, bisa seperti itu. Kalau kita lihat budaya Dayak, kearifan lokalnya sangat kaya. Semua itu harus dijaga, agar generasi muda bisa melihatnya sebagai sebuah kebanggaan. Bukan hal yang harus diganti,” paparnya.
Pemuda bicara
Rosenda Chandra Kasih, Koordinator Lansekap Katingan Kahayan USAID LESTARI mengatakan, pihaknya membuat gelaran tersebut dengan mengususng tema pemuda. Menurutnya, jika berkaca pada era perjuangan kemerdekaan, Soekarno, Muhammad Hatta, Bung Tomo, dan Sutan Sjahrir berjuang saat mereka muda.
“Zaman sudah berubah. Tapi satu yang harus diyakini adalah pemuda merupakan generasi yang harus membawa perubahan positif. Selama beberapa tahun belakang ini, kebakaran melanda Kalimantan Tengah. Berbagai hal dicoba, dan pemuda pun harus ambil peran dalam persoalan ini.”
Menurutnya, gambut yang ada di Kalteng merupakan anugerah, meski harus disadari tidak bisa sembarang mengelolanya. Agar gambut lestari dan terhindar dari kebakaran, perlu peran pemuda untuk menjaga sekaligus menjadi motor pendorong cara yang bijak mengelolanya. “Pemuda harus ada untuk membuat perubahan positif bagi Bumi Tambun Bungai. Orang muda palangkaraya punya potensi luar biasa,” pungkasnya.
Wakil Walikota Palangkaraya Mofit Saptono menuturkan, pemuda merupakan bagian penting yang harus dilibatkan dalam pelestarian lingkungan hidup, pelestarian budaya, serta tanggap terhadap bencana yang terjadi di Kalimantan Tengah. Pemuda harus terlibat dalam berbagai aktivitas yang dilakukannya, termasuk juga dalam kesenian dan kegiatan positif lainnya. Dengan melestarikan lingkungan dan budaya, diharapkan akan mencegah bencana yang terjadi.
“Pemuda harus terus berkreasi. Bahkan musik rock juga bisa dikolaborasikan dengan pelestarian alam. Mari kita jaga lingkungan demi kehiduapn yang lebih baik. Saya yakin di tangan generasi muda semua itu bisa dilakukan.”
Menurutnya pemuda bisa didorong dan bersinergi dengan Pemerintah Kota Palangkaraya untuk mengentaskan berbagai persoalan lingkungan hidup. “Kita mempunyai Dinas Pemuda dan Olahraga. Di 2017, sudah diagendakan beberapa kegiatan yang bersinergi dengan MSF (Multi Stakeholder Forum). Saya sudah minta satu tahun penuh. Mari kita bekreasi, saya bersama generasi muda.”
Kawal lingkungan
Dalam dialog peran media di Kalimantan Tengah dalam pemberitaan lingkungan, Rohansyah, Pemimpin Redaksi Kalteng Pos mengatakan, saat kebakaran hebat melanda Kalimantan Tengah 2015, Kalteng Pos tidak sekadar memberitakan, tapi juga turut memantau persoalan pelik tersebut.
“Kami terus memberitakan, setiap hari. Kebijakan kami adalah tetap memberitakan, karena kami berharap di masa mendatang Kalimantan Tengah tidak boleh ada asap lagi,” ujarnya, Minggu (16/10/2016)
Rohan menuturkan, di 2015 itu, saat diundang Presiden Jokowi yang berkunjung ke Palangkaraya untuk membahas persoalan kebakaran, ia menyampaikan bila pada dasarnya, persoalan kebakaran gambut harus terus diberitakan. “Tujuannya, persoalan lingkungan harus diketahui masyarakat luas, sehingga lingkungan yang lebih baik harus diciptakan kedepannya.”
Haris Sadikin, perwakilan Jurnalis Kalteng yang merupakan Redaktur Umum Palangka Pos mengatakan, loyalitas wartawan untuk meliput isu lingkungan tidak perlu diragukan. Kami berprinsip, masalah kebakaran gambut di 2015 saat itu, harus diketahui seluruh masyarakat Indonesia sebagai bencana besar. “Para jurnalis sudah berbuat maksimal melalui tulisan dan foto.”
Peran jurnalis untuk meliput persoalan lingkungan adalah hal penting. Bagaimanapun, kebakaran adalah ancaman kehidupan bagi masyarakat Kalteng. Yang harus dilakukan saat ini adalah meningkatkan kapasitas wartawan akan isu lingkungan. Misal, mengenai gambut dan kedalamannya juga keragaman hayati. “Dengan begitu, kita bisa berjalan bersama untuk mengawal dan memantau lingkungan.”
Anthony Sinaga dari InfoPLK, yang saat ini telah memiliki 18 ribu follower (Twitter) dan 3 ribu pengikut di Instagram ini, mengatakan bila pihaknya siap mengedukasi pengikutnya untuk lebih mengenal gambut dan pelestarian lingkungan. Caranya, bisa dilakukan melalui blog atau memberikan tautan langsung ke media yang mengupas hal tersebut. “Saat ini, kami masih sebatas sharing, karena kapasitas kami masih di level ini.”
Menurutnya, komitmen Info PLK untuk lingkungan tidak perlu diragukan. Jangankan iklan, partai politik yang mau masuk langsung dihapus. “Inilah pentingnya media sosial yang hampir dimiliki semua orang. Mudah dibuat dan gampang aksesnya, tanpa ada batasan waktu beserta hambatan. Mari kita gunakan media sosial untuk hal positif dengan berbagi informasi lingkungan hidup yang tidak hanya di Palangkaraya tetapi juga Indonesia,” paparnya.
Pada acara Pemuda Bicara pada 15 – 16 Oktober 2016 tersebut dilakukan pemutaran video lingkungan tentang Lansekap Katingan Kahayan, pameran foto, dan berbagai hasil kerajinan komunitas. Dimeriahkan pula dengan pertunjukan seni budaya oleh beragam komunitas dan sanggar seperti Darung Tingang, Shouts of Wrumbii, Terapung, Oi Palangka Raya, Riak Renteng Tingang, Komunitas Teater Palangka Raya, Mutan Borneo, Karungut, Betang Batarung, Bellacoustic, Fresh Band, Generaction, Republik Borneo, Hutan Tropis dan bintang tamu band Navicula asal Denpasar, Bali.
Sumber: http://www.mongabay.co.id/2016/10/17/inilah-aksi-pemuda-palangkaraya-untuk-pelestarian-lingkungan-hidup/
Tidak ada komentar:
Posting Komentar